Perbandingan Penerapan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam pencapaian Tujuan Kognitif pada Siswa
Teori yang Mendasari
Berdasarkan judul penelitian, yakni “Perbandingan Penerapan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam pencapaian Tujuan Kognitif pada Siswa kelas VII B dan VII C SMP Negeri 28 Surabaya Tahun 2006/2007,” maka dalam bab ini peneliti menggemukakan teori yang berkaitan dengan variabel yang terdiri dari penerapan pembelajaran konvensional dan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suyanto (2005), pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang mengupayakan peserta didik untuk mampu mengajarkan kepada peserta lain. Pengorganisasian pembelajaran dicirikan siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka akan berbagi penghargaan bila mereka berhasil sebagai kelompok.
Pembelajaran kooperatif ini mengacu kepada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Banyak terdapat pendekatan kooperatif yang berbeda antara satu dengan lainnya. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (Slavin, dalam Nur dan Wikandari, 2000:25).
Lebih lanjut lagi, aktivitas pembelajaran kooperatif dapat memainkan banyak peran dalam pelajaran. Dalam satu pelajaran tertentu, pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk tiga tujuan berbeda. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk memecahkan sebuah masalah yang kompleks.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilaksanakan dikelas karena didalamnya menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang optimal. Pembelajaran kooperatif meletakan tanggung jawab individu sekaligus kelompok sehingga percaya diri siswa tumbuh dan berkembang secara positif. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerja, dan bertanggung jawab secara sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Suyanto, 2005).
Menurut Rustarmadi (2006) dan Ibrahim, dkk (2000:6—7), Pembelajaran kooperatif memiliki ciri khusus, antara lain:
(1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya,
(2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
(3) siswa dituntut untuk bekerja sama dalam kesamaan dan perbedaan,
(4) pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa, sebagai latihan hidup bermasyarakat,
(5) penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Menurut Ibrahim, dkk (2000:7), pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasl belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial.
Menurut Lie (1999), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat bagi siswa. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:
(1) siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama,
(2) siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan,
(3) partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,
(4) mengurangi kecemasan siswa,
(5) menngkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif, dan
(6) meningkatkan prestasi akademis siswa.
Pada pembelajaran kooperatif dapat dilihat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif (Suharto, dkk, 2006:78) pada tabel II.
Tabel II
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
NO-FASE-PERAN GURU
1-Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa-Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
2-Menyajikan informasi-Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3-Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar-Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
4-Membimbing kelompok bekerja dan belajar-Guru membimbing kelompok belajar
5-Evaluasi-Guru mengevaluasi hasil belajar dan mempresentasikan hasil kerjanya
6-Memberi penghargaan-Guru memberi penghargaan untuk upaya hasil belajar individu dan kelompok
Pembelajaran kooperatif ini memiliki berbagai jenis atau tipe, antara lain: STAD (Student Teams-Achievement Divisions), TGT (Teams-Games-Tournament), TAI (Team-Assisted-Individualization), CIRC (Cooperative Integraded Reading and Composition), Jigsaw, Learning Together, dan Investigasi Kelompok. Tipe-tipe tersebut memiliki metode yang berbeda-beda, walaupun memiliki ciri yang sama.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang didalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4 atau 5 anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok masing-masing untuk memastikan bahwa anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian, siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim dkk (2000:20—21), yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4—5 orang. Setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, dan memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
Lebih lanjut lagi, menurut Slavin (dalam Nur dan Wikandari, 2000:26), dalam STAD, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran mnurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.
Menurut Nur dan Wikandari (2000:31—32), STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa seperti berikut ini:
• Mengajar: menyajikan pelajaran
• Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim mereka dengan dipandu oleh lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran
• Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual
• Penghargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, dan sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tinggi.
Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut (Nur dan Wikandari, 2000:32—35):
1. Bagilah kelompok ke dalam kelompok-kelompok masing-masing terdiri dari empat atau lima anggota. Sebaiknya empat anggota; membuat tim terdiri dari lima anggota hanya apabila kelas tidak dapat dibagi habis dengan empat anggota. Untuk menempatkan siswa dalam kelompok, urutkan mereka dari atas ke bawah berdasarkan kinerja akademik tertentu dan bagilah daftar siswa yang telah urut itu menjadi empat. Kemudian ambil satu siswa dari tiap perempatan itu sebagai anggota tiap tim, pastikan bahwa tim-tim yang terbentuk itu berimbang menurut jenis kelamin dan asal suku.
2. Buatlah lembar kegiatan siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran yang anda rnerencanakan untuk diajarkan. Selama belajar kelompok (satu atau dua periode kelas) tugas anggota tim adalah menguasai secara tuntas materi yang anda presentasikan dan membantu anggota tim mereka menguasai secara tuntas materi tersebut. Siswa mendapat LKS atau materi pelajaran lain yang dapat mereka gunakan untuk latihan keterampilan yang sedang diajarkan dan menilai mereka sendiri dan anggota tim mereka.
3. Pada saat anda menjelaskan STAD, kepada kelas anda, bacakan tugas-tugas yang harus dikerjakan tim.
• Mintalah anggota tim bekerja sama mengatur bangku atau meja-kursi mereka, dan berikan siswa kesempatan sekitar 10 menit untuk memilih nama tim mereka.
• Bagilah LKS atau materi belajar lain (dua set untuk tiap tim).
• Anjurkan agar siswa pada tiap-tiap tim bekerja dalam duaan (berpasangan) atau tigaan. Apabila mereka sedang mengerjakan soal, setiap siswa dalam suatu pasangan atau tigaan hendaknya mengerjakannya diantara teman dalam pasangan atau tigaan itu. Apabila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal itu, teman satu tim siswa itu memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan soal itu. Apabila siswa-siswa itu sedang mengerjakan soal-soal jawaban singkat, mereka dapat saling mengajukan pertanyaan di antara satu tim, partner secara bergantian memegang lembar jawaban atau mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
• Beri penekanan kepada siswa bahwa mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan belajar sampai mereka yakin bahwa seluruh anggota tim mereka dapat menjawab 100% benar soal-soal kuis tersebut.
• Pastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk diisi dan dikumpulkan. Oleh karena itu, penting bagi siswa pada akhirnya diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka sendiri dan teman satu tim mereka pada saat mereka belajar.
• Berikan kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka, tidak hanya saling mencocokan jawaban mereka dengan lembar kunci jawaban itu.
• Apabila siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu timnya sebelum mengajukan kepada anda.
• Pada saat siswa sedang bekerja dalam tim, berkelilinglah di dalam kelas, berikanlah pujian kepada tim yang bekerja baik dan secara bergantian duduklah bersama tiap tim untuk memperhatikan bagaimana anggota-anggota tim itu bekerja.
4. Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis atau bentuk evaluasi yang lain, dan berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk menyelesaikan tes itu. Jangan mengijinkan siswa untuk bekerja sama pada saat mengerjakan kuis itu; pada saat ini mereka harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar sebagai individu. Mintalah siswa menggeser tempat duduknya lebih jauh bila hal ini dimungkinkan. Salah satu cara dapat ditempuh, meminta siswa saling menukarkan pekerjaan mereka dengan siswa anggota tim lain atau mengumpulkan pekerjaan itu untuk anda periksa sendiri apda kesempata lain.
5. Buatlah skor individual dan skor tim. Skor tim pada STAD didasarkan pada peningkatan skor anggota tim dibandingkan dengan skor yang lalu mereka sendiri. Sesegera mungkin setelah tiap kuis, anda seharusnya menghitung skor peningkatan individual dan skor tim, dan mengumumkan skor tim itu secara tertulis di papan pengumuman atau cara lain yang sesuai. Apabila mungkin, pengumuman skor tim itu dilakukan pada pertemuan pertama setelah kuis tersebut. Hal ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan menerima pengakuan jelas bagi siswa, meingkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Hitunglah skor tim dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis itu.
6. Pengakuan kepada prestasi tim. Segera setelah anda menghitung poin untuk tiap siswa dan menghitung skor tim. Anda hendaknya mempersiapkan semacam pengakuan kepada tiap tim yang mencapai rata-rata peningkatan 20 atau lebih. Anda dapat memberikan sertifikat kepada anggota tim atau mempersiapkan suatu peragaan dalam papan pengumuman. Penting untuk membantu siswa menghargai skor tim. Minat anda sendiri yang besar terhadap skor tim akan membantu. Apabila anda memberikan lebih dari satu kuis dalam satu minggu, kombinasikan hasil-hasil kuis itu ke dalam satu skor mingguan. Setelah 5 atau 6 minggu penerapan STAD, aturlah ulang siswa ke dalam tim-tim baru. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan teman sekelas yang lain dan menjaga program pengajaran tetap segar.
Setiap model-model pembelajaran, pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Begitu juga pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
- dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar,
- dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
- dapat meningkatkan kreativitas siswa,
- dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain,
- dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan,
- dapat mengidntifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain,
- dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.
Selain kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga memiliki kekurangan, antara lain:
- setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-temannya,
- siswa akan sedikit ramai ketika perpindahan kelompok (dari kelompok asal ke kelompok ahli dan sebaliknya),
- sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini harus lengkap,
- pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga memerlukan banyak waktu.
Pembelajaran Kovensional
Pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang hanya memusatkan pada metode pembelajaran ceramah. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk menghubungkan materi tersebut dengan keadaan sekarang (kontekstual). Berikut akan dijelaskan, perbedaan antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran kooperatif, pada tabel III.
Tabel III
Perbedaan antara Model Pembelajaran Konvensional dan Kooperatif
NO-KONVENSIONAL-KOOPERATIF
1-Menyadarkan pada hafalan-Menyadarkan pada memori spasial
Pemilihan informasi atau materi ditentukan oleh guru-Pemilihan informasi atau materi berdasarkan kebutuhan individu siswa
2-Cenderung terfokus pada satu bidang tertentu-Mengitegrasikan beberapa bidang disiplin
3-Memberikan tumpuan informasi atau materi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan-Selalu mengaitkan informasi atau materi dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa
4-Memberikan hasi belajar hanya melalui kegiatan berupa ujian atau ulangan-Menerapkan penilaian autentik melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran konvensional bisa dilihat pada tabel IV sebagai berikut:
Tabel IV
Langkah-langkah Model Pembelajaran Konvensional
NO-FASE-PERAN GURU
1-Menyampaikan tujuan-Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
2-Menyajikan informasi-Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah
3-Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik-Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik
4-Memberikan kesempatan latihan lanjutan-Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah.
BAHAN PENUNJANG
Suyanto, K.
2005. “Pengajaran dan Pembelajaran CTL”. Makalah Work Shop Tim Pengembang Kurikulum SMP Makasar, 16 Juli 2005.
Nur, Mohammad, dan Prima Retno Wikandari.
2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran (edisi 3). Surabaya: UNESA Press.
Ibrahim, dkk.
2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press.
Lie, A.
1999. “Strategi Peningkatan Mutu SLTP Melalui Cooperatif Learning”. Jurnal Gentengkali. Edisi 2 Th II/1998.
Rustarmaji.
2006. “CTL (Contextual Teaching and Learning) dan Model-model Pembelajaran”. Makalah disajikan pada waktu kuliah Perencanaan Pengajaran II, 18 November 2006.
Suharto, dkk.
2006. Buku Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Unesa Press.
disadur dari
Pratama, Mochammad Hendy Bayu.
2007. “Perbandingan penerapan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam Pencapaian Tujuan Kognitif pada SIswa kelas VII B dan VII C SMP Negeri 28 Surabaya”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPPB, Universitas Negeri Surabaya.
Berdasarkan judul penelitian, yakni “Perbandingan Penerapan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam pencapaian Tujuan Kognitif pada Siswa kelas VII B dan VII C SMP Negeri 28 Surabaya Tahun 2006/2007,” maka dalam bab ini peneliti menggemukakan teori yang berkaitan dengan variabel yang terdiri dari penerapan pembelajaran konvensional dan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suyanto (2005), pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang mengupayakan peserta didik untuk mampu mengajarkan kepada peserta lain. Pengorganisasian pembelajaran dicirikan siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka akan berbagi penghargaan bila mereka berhasil sebagai kelompok.
Pembelajaran kooperatif ini mengacu kepada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Banyak terdapat pendekatan kooperatif yang berbeda antara satu dengan lainnya. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (Slavin, dalam Nur dan Wikandari, 2000:25).
Lebih lanjut lagi, aktivitas pembelajaran kooperatif dapat memainkan banyak peran dalam pelajaran. Dalam satu pelajaran tertentu, pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk tiga tujuan berbeda. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk memecahkan sebuah masalah yang kompleks.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilaksanakan dikelas karena didalamnya menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang optimal. Pembelajaran kooperatif meletakan tanggung jawab individu sekaligus kelompok sehingga percaya diri siswa tumbuh dan berkembang secara positif. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerja, dan bertanggung jawab secara sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Suyanto, 2005).
Menurut Rustarmadi (2006) dan Ibrahim, dkk (2000:6—7), Pembelajaran kooperatif memiliki ciri khusus, antara lain:
(1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya,
(2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
(3) siswa dituntut untuk bekerja sama dalam kesamaan dan perbedaan,
(4) pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa, sebagai latihan hidup bermasyarakat,
(5) penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Menurut Ibrahim, dkk (2000:7), pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasl belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial.
Menurut Lie (1999), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat bagi siswa. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:
(1) siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama,
(2) siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan,
(3) partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,
(4) mengurangi kecemasan siswa,
(5) menngkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif, dan
(6) meningkatkan prestasi akademis siswa.
Pada pembelajaran kooperatif dapat dilihat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif (Suharto, dkk, 2006:78) pada tabel II.
Tabel II
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
NO-FASE-PERAN GURU
1-Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa-Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
2-Menyajikan informasi-Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3-Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar-Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
4-Membimbing kelompok bekerja dan belajar-Guru membimbing kelompok belajar
5-Evaluasi-Guru mengevaluasi hasil belajar dan mempresentasikan hasil kerjanya
6-Memberi penghargaan-Guru memberi penghargaan untuk upaya hasil belajar individu dan kelompok
Pembelajaran kooperatif ini memiliki berbagai jenis atau tipe, antara lain: STAD (Student Teams-Achievement Divisions), TGT (Teams-Games-Tournament), TAI (Team-Assisted-Individualization), CIRC (Cooperative Integraded Reading and Composition), Jigsaw, Learning Together, dan Investigasi Kelompok. Tipe-tipe tersebut memiliki metode yang berbeda-beda, walaupun memiliki ciri yang sama.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang didalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4 atau 5 anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok masing-masing untuk memastikan bahwa anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian, siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim dkk (2000:20—21), yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4—5 orang. Setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, dan memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi.
Lebih lanjut lagi, menurut Slavin (dalam Nur dan Wikandari, 2000:26), dalam STAD, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran mnurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.
Menurut Nur dan Wikandari (2000:31—32), STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa seperti berikut ini:
• Mengajar: menyajikan pelajaran
• Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim mereka dengan dipandu oleh lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran
• Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual
• Penghargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, dan sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tinggi.
Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut (Nur dan Wikandari, 2000:32—35):
1. Bagilah kelompok ke dalam kelompok-kelompok masing-masing terdiri dari empat atau lima anggota. Sebaiknya empat anggota; membuat tim terdiri dari lima anggota hanya apabila kelas tidak dapat dibagi habis dengan empat anggota. Untuk menempatkan siswa dalam kelompok, urutkan mereka dari atas ke bawah berdasarkan kinerja akademik tertentu dan bagilah daftar siswa yang telah urut itu menjadi empat. Kemudian ambil satu siswa dari tiap perempatan itu sebagai anggota tiap tim, pastikan bahwa tim-tim yang terbentuk itu berimbang menurut jenis kelamin dan asal suku.
2. Buatlah lembar kegiatan siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran yang anda rnerencanakan untuk diajarkan. Selama belajar kelompok (satu atau dua periode kelas) tugas anggota tim adalah menguasai secara tuntas materi yang anda presentasikan dan membantu anggota tim mereka menguasai secara tuntas materi tersebut. Siswa mendapat LKS atau materi pelajaran lain yang dapat mereka gunakan untuk latihan keterampilan yang sedang diajarkan dan menilai mereka sendiri dan anggota tim mereka.
3. Pada saat anda menjelaskan STAD, kepada kelas anda, bacakan tugas-tugas yang harus dikerjakan tim.
• Mintalah anggota tim bekerja sama mengatur bangku atau meja-kursi mereka, dan berikan siswa kesempatan sekitar 10 menit untuk memilih nama tim mereka.
• Bagilah LKS atau materi belajar lain (dua set untuk tiap tim).
• Anjurkan agar siswa pada tiap-tiap tim bekerja dalam duaan (berpasangan) atau tigaan. Apabila mereka sedang mengerjakan soal, setiap siswa dalam suatu pasangan atau tigaan hendaknya mengerjakannya diantara teman dalam pasangan atau tigaan itu. Apabila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal itu, teman satu tim siswa itu memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan soal itu. Apabila siswa-siswa itu sedang mengerjakan soal-soal jawaban singkat, mereka dapat saling mengajukan pertanyaan di antara satu tim, partner secara bergantian memegang lembar jawaban atau mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
• Beri penekanan kepada siswa bahwa mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan belajar sampai mereka yakin bahwa seluruh anggota tim mereka dapat menjawab 100% benar soal-soal kuis tersebut.
• Pastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk diisi dan dikumpulkan. Oleh karena itu, penting bagi siswa pada akhirnya diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan mereka sendiri dan teman satu tim mereka pada saat mereka belajar.
• Berikan kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka, tidak hanya saling mencocokan jawaban mereka dengan lembar kunci jawaban itu.
• Apabila siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu timnya sebelum mengajukan kepada anda.
• Pada saat siswa sedang bekerja dalam tim, berkelilinglah di dalam kelas, berikanlah pujian kepada tim yang bekerja baik dan secara bergantian duduklah bersama tiap tim untuk memperhatikan bagaimana anggota-anggota tim itu bekerja.
4. Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis atau bentuk evaluasi yang lain, dan berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk menyelesaikan tes itu. Jangan mengijinkan siswa untuk bekerja sama pada saat mengerjakan kuis itu; pada saat ini mereka harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar sebagai individu. Mintalah siswa menggeser tempat duduknya lebih jauh bila hal ini dimungkinkan. Salah satu cara dapat ditempuh, meminta siswa saling menukarkan pekerjaan mereka dengan siswa anggota tim lain atau mengumpulkan pekerjaan itu untuk anda periksa sendiri apda kesempata lain.
5. Buatlah skor individual dan skor tim. Skor tim pada STAD didasarkan pada peningkatan skor anggota tim dibandingkan dengan skor yang lalu mereka sendiri. Sesegera mungkin setelah tiap kuis, anda seharusnya menghitung skor peningkatan individual dan skor tim, dan mengumumkan skor tim itu secara tertulis di papan pengumuman atau cara lain yang sesuai. Apabila mungkin, pengumuman skor tim itu dilakukan pada pertemuan pertama setelah kuis tersebut. Hal ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan menerima pengakuan jelas bagi siswa, meingkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Hitunglah skor tim dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis itu.
6. Pengakuan kepada prestasi tim. Segera setelah anda menghitung poin untuk tiap siswa dan menghitung skor tim. Anda hendaknya mempersiapkan semacam pengakuan kepada tiap tim yang mencapai rata-rata peningkatan 20 atau lebih. Anda dapat memberikan sertifikat kepada anggota tim atau mempersiapkan suatu peragaan dalam papan pengumuman. Penting untuk membantu siswa menghargai skor tim. Minat anda sendiri yang besar terhadap skor tim akan membantu. Apabila anda memberikan lebih dari satu kuis dalam satu minggu, kombinasikan hasil-hasil kuis itu ke dalam satu skor mingguan. Setelah 5 atau 6 minggu penerapan STAD, aturlah ulang siswa ke dalam tim-tim baru. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan teman sekelas yang lain dan menjaga program pengajaran tetap segar.
Setiap model-model pembelajaran, pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Begitu juga pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
- dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar,
- dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
- dapat meningkatkan kreativitas siswa,
- dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain,
- dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan,
- dapat mengidntifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain,
- dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.
Selain kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga memiliki kekurangan, antara lain:
- setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-temannya,
- siswa akan sedikit ramai ketika perpindahan kelompok (dari kelompok asal ke kelompok ahli dan sebaliknya),
- sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini harus lengkap,
- pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga memerlukan banyak waktu.
Pembelajaran Kovensional
Pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang hanya memusatkan pada metode pembelajaran ceramah. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk menghubungkan materi tersebut dengan keadaan sekarang (kontekstual). Berikut akan dijelaskan, perbedaan antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran kooperatif, pada tabel III.
Tabel III
Perbedaan antara Model Pembelajaran Konvensional dan Kooperatif
NO-KONVENSIONAL-KOOPERATIF
1-Menyadarkan pada hafalan-Menyadarkan pada memori spasial
Pemilihan informasi atau materi ditentukan oleh guru-Pemilihan informasi atau materi berdasarkan kebutuhan individu siswa
2-Cenderung terfokus pada satu bidang tertentu-Mengitegrasikan beberapa bidang disiplin
3-Memberikan tumpuan informasi atau materi kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan-Selalu mengaitkan informasi atau materi dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa
4-Memberikan hasi belajar hanya melalui kegiatan berupa ujian atau ulangan-Menerapkan penilaian autentik melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran konvensional bisa dilihat pada tabel IV sebagai berikut:
Tabel IV
Langkah-langkah Model Pembelajaran Konvensional
NO-FASE-PERAN GURU
1-Menyampaikan tujuan-Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
2-Menyajikan informasi-Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah
3-Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik-Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik
4-Memberikan kesempatan latihan lanjutan-Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah.
BAHAN PENUNJANG
Suyanto, K.
2005. “Pengajaran dan Pembelajaran CTL”. Makalah Work Shop Tim Pengembang Kurikulum SMP Makasar, 16 Juli 2005.
Nur, Mohammad, dan Prima Retno Wikandari.
2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran (edisi 3). Surabaya: UNESA Press.
Ibrahim, dkk.
2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press.
Lie, A.
1999. “Strategi Peningkatan Mutu SLTP Melalui Cooperatif Learning”. Jurnal Gentengkali. Edisi 2 Th II/1998.
Rustarmaji.
2006. “CTL (Contextual Teaching and Learning) dan Model-model Pembelajaran”. Makalah disajikan pada waktu kuliah Perencanaan Pengajaran II, 18 November 2006.
Suharto, dkk.
2006. Buku Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Unesa Press.
disadur dari
Pratama, Mochammad Hendy Bayu.
2007. “Perbandingan penerapan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam Pencapaian Tujuan Kognitif pada SIswa kelas VII B dan VII C SMP Negeri 28 Surabaya”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPPB, Universitas Negeri Surabaya.